Langsung ke konten utama

"Intip Vagina Aku", Deteksi Kanker Lebih Mudah dan Murah

Mengetahui status kesehatan terkini merupakan sesuatu yang penting untuk dilakukan dalam menjaga kesehatan. Dengan mengetahuinya, kita dapat mengenali faktor risiko, bahkan deteksi dini penyakit.

Status kesehatan umumnya diketahui dengan melakukan tes kesehatan. Khususnya untuk kanker serviks atau leher rahim, cara yang biasa dilakukan adalah dengan pap smear. Namun, cara itu cukup mahal dan membutuhkan waktu untuk mengetahui hasilnya. Pilihan lainnya adalah inspeksi vagina dengan asam asetat (IVA) atau tes IVA.

"Agar lebih mudah diingat, IVA juga bisa disebut sebagai 'Intip Vagina Aku'," ujar Fitriyadi Kusuma, spesialis kebidanan dari Divisi Ginekologi dan Onkologi Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, saat ditemui di diskusi kesehatan SOHO #BetterU di Jakarta.

Fitriyadi mengatakan, pap smear masih merupakan standar emas untuk mendeteksi risiko kanker serviks karena tingkat akurasinya di atas 90 persen. Namun, teknik pemeriksaan lain dengan tes IVA juga bisa jadi pilihan, dengan harga lebih murah dan tingkat akurasi yang tak berbeda jauh.

Prinsip tes IVA, terang dia, yaitu dengan menggunakan asam asetat pada vagina untuk melihat jika ada tanda-tanda visual dari kanker serviks atau gejala prakanker. Tes IVA perlu dilakukan oleh tenaga medis terlatih. Saat ini, di Indonesia terdapat sekitar 1.000 tenaga medis yang terampil melakukan tes IVA.

Menurut Fitriyadi, tes IVA lebih mudah dan jauh lebih murah dibandingkan tes pap smear. Bahkan dengan biaya kurang dari Rp 2.000, tes IVA sudah dapat dilakukan. Akurasinya pun tidak berbeda signifikan dengan pap smear, yaitu sebesar 70-80 persen. Sayangnya, tes IVA tidak memiliki dokumentasi sehingga rekam jejaknya tidak dapat dilihat kembali pada kemudian hari.

"Maka kalau sudah ada tanda-tanda positif dari gejala kanker atau prakanker, biasanya langsung diberi terapi agar tingkat keberhasilan pengobatan lebih besar," cetusnya.

Kepala Subdit Pengendalian Penyakit Kanker Kementerian Kesehatan Niken Wastupalupi mengatakan, kesadaran untuk melakukan deteksi dini kanker serviks di Indonesia masih rendah. Hingga 2013, baru ada 635.181 orang yang sudah pernah melakukan tes IVA.

"Dari jumlah itu, 28.000-an orang dinyatakan positif HPV, dan 792 orang diduga sudah mengalami kanker serviks," paparnya.

Kanker serviks sendiri merupakan ancaman serius bagi kesehatan wanita. Data Globocan dari WHO memperkirakan, di dunia, setiap satu menit ada satu kasus baru kanker serviks, dengan kasus kematian setiap dua menit. Adapun di Indonesia, 41 kasus baru terjadi setiap harinya dengan 20 kematian.

WHO juga menyebutkan, pada tahun 2013, kanker serviks dialami oleh 15.000 wanita di Indonesia. Ini menjadikan kanker serviks menjadi kanker kedua dengan prevalensi tertinggi, di bawah kanker payudara.

Sumber: Kompas Health

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Deteksi kanker ovarium

Setelah kanker payudara, kanker ovarium merupakan 'bencana' bagi setiap wanita yang mengidapnya. Namun, 'bencana' bisa diatasi apabila kita telah mendeteksi sedini mungkin. Sebuah cara untuk mendeteksi kanker ovarium di stadium awal memiliki "potensi" untuk dikembangkan lebih lanjut. Tumor di ovarium sangat sulit di deteksi pada stadium awal, sehingga akan terlambat unruk mengobatinya ketika tumor itu ditemukan. Sebuah uji coba yang dilakukan oleh peneliti di Amerika Serikat, kepada 4.051 perempuan menunjukan sebuah metode yang bisa membedakan siapa yang membutuhkan pengobatan. Namun, penelitian lebih besar yang dilakukan di Inggris akan memberikan kesimpulan final saat prosesnya selesai pada 2015 mendatang. Ada tingkat kesembuhan hingga 90% ketika kanker ovarium berhasil dideteksi dini, dibandingkan dengan kurang dari 30% jika kanker ditemukan di stadium lanjut. Tak seperti kanker lainnya, gejala kanker ovarium yang umumnya seperti nyeri panggul dan perut ata

Deteksi dini benjolan di payudara

Wanita muda di usia produktif rawan terkena benjolan pada payudara, namun Anda tidak perlu cemas. Benjolan di payudara mungkin bukanlah kanker payudara, momok yang paling menakutkan bagi setiap orang. Sejauh ini, kanker payudara menempati posisi kedua dengan insiden sebesar 2181 kasus baru per tahun atau menempati 21% dari seluruh penderita kanker di Indonesia berdasarkan data Patologi Anatomi Indonesia 2006. Jumlah ini membengkak karena pasien yang datang untuk berobat ke dokter sudah pada stadium lanjut. Minimnya informasi yang diterima dan rasa malu membuat seorang wanita mengabaikan gejala awal kanker payudara. Padahal, dengan penanganan secara dini, kanker payudara bisa disembuhkan. “Benjolan di payudara bukan menjadi petaka bagi seorang wanita. Bila ditangani sejak dini dan menjalani pengobatan, maka diagnosa akan lebih cepat diketahui,” kata Angela Giselvania, spesialis onkologi di RS Gading Pluit pada acara yang seminar bertajuk “Mengenali, Mengatasi, dan Mencegah Benjolan di P

Hindari minuman manis untuk perkecil risiko kanker selaput rahim

Takut gemuk mungkin sering dijadikan alasan wanita untuk tidak banyak-banyak minum soda dan minuman manis lainnya. Namun ternyata tidak hanya itu, sebuah studi baru mengungkap menghindari minuman tersebut juga dapat memperkecil risiko kanker endometrium atau selaput rahim di kemudian hari. Studi tersebut menemukan, wanita berusia lanjut yang minum banyak soda dan minuman manis lainnya saat muda cenderung memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami kanker endometrium. Kanker yang dimaksud juga termasuk tumor di uterus yang menurut National Cancer Institute, sering terjadi pada wanita di usia 60 atau 70. Dalam studi baru, para peneliti menganalisa data pada lebih dari 23.000 wanita menopause di Iowa yang diikuti dari tahun 1986 hingga 2010. Mereka menemukan, peserta yang minum minuman manis dalam jumlah paling banyak memiliki risiko 78 persen lebih tinggi untuk mengalami tumor. Studi yang dipublikasi dalam jurnal Cancer Epidemiology, Biomarker, & Prevention tersebut menyimpulka